Skip to main content

Bluetooth Codec: Apa Itu dan Jenisnya

By August 28, 2025News, Uncategorized
Ponsel cerdas yang terhubung ke headphone nirkabel melalui sinyal Bluetooth codec yang bercahaya, dengan data paket dan tulisan 'CODEC' yang terintegrasi.

Di era modern saat ini, perangkat audio nirkabel seperti true wireless earbuds dan headphone Bluetooth telah menjadi bagian tak terpisahkan dari gaya hidup banyak orang. Kenyamanan yang ditawarkan oleh teknologi ini, di mana Anda bisa mendengarkan musik atau menerima panggilan tanpa terikat oleh kabel, memang sulit untuk ditolak. Namun, di balik kemudahan tersebut, ada sebuah teknologi krusial yang menentukan seberapa baik suara yang Anda dengar. Teknologi ini dikenal dengan sebutan Bluetooth codec.

Ponsel cerdas yang memancarkan sinyal Bluetooth codec yang dinamis menuju headphone nirkabel, menampilkan efek gelombang energi dan tulisan 'CODEC'

Bagi sebagian besar pengguna, istilah ini mungkin terdengar asing dan sangat teknis. Namun, memahami codec Bluetooth sama pentingnya dengan memahami kualitas kamera atau resolusi layar pada ponsel. Codec inilah yang berperan sebagai “penerjemah” dan “pemadatkan” data audio agar bisa ditransmisikan secara efisien dari sumbernya (ponsel, tablet, atau laptop) ke perangkat audio nirkabel Anda. Perbedaan kualitas suara, latensi saat bermain game, hingga kestabilan koneksi, semuanya sangat dipengaruhi oleh codec yang sedang beroperasi. Artikel ini akan membawa Anda masuk lebih dalam ke dunia codec Bluetooth, menjelaskan apa itu dan jenis-jenisnya, serta membantu Anda membuat keputusan yang lebih bijak dalam memilih perangkat audio.

Baca Juga: Speaker Bluetooth Portabel: Era Baru Berkat Bluetooth 5.0

Apa Itu Codec Bluetooth?

Sebelum kita melangkah lebih jauh dan menjelajahi setiap jenis Bluetooth codec, penting untuk terlebih dahulu memahami konsep dasarnya. Sederhananya, codec adalah kependekan dari coder-decoder. Dalam konteks audio nirkabel, codec adalah sebuah algoritma atau software yang mengompres data audio digital agar ukurannya menjadi lebih kecil sehingga mudah untuk dikirim melalui koneksi Bluetooth yang memiliki keterbatasan bandwidth.

Ketika sebuah lagu diputar dari ponsel, data digitalnya akan dikompresi oleh codec yang didukung oleh ponsel Anda. Data yang sudah terkompresi itu kemudian ditransmisikan melalui sinyal Bluetooth ke headphone atau earbud. Di sisi penerima, codec yang sama akan bekerja untuk mendekode atau membuka kompresi data tersebut, mengembalikannya menjadi sinyal audio yang bisa didengar. Proses yang terjadi dalam hitungan milidetik ini sangat krusial, karena efisiensi dan kualitasnya akan menentukan seberapa banyak detail audio yang hilang dalam prosesnya.

1. Pengertian Codec Bluetooth dan Fungsinya

Dalam setiap transmisi audio nirkabel, Bluetooth codec menentukan bagaimana musik Anda ditransmisikan. Prosesnya dimulai dengan mengodekan data audio digital ke dalam format yang spesifik. Idealnya, sinyal dengan fidelitas tinggi tetap dapat dikirimkan dengan laju bitrate yang minimum untuk menghemat ruang dan bandwidth. Laju bitrate yang lebih rendah memang berarti kompresi yang lebih baik, tetapi hal ini seringkali berarti kualitas suara yang menurun.

Sebaliknya, bitrate yang tinggi biasanya menghasilkan kualitas suara yang lebih baik, namun dengan kompresi yang kurang efisien. Fungsi utama codec adalah untuk mengatasi kompromi ini. Ia harus menemukan keseimbangan antara kualitas suara yang tetap jernih dan detail, dengan efisiensi transmisi yang meminimalisasi latensi dan koneksi yang tersendat. Perlu dipahami bahwa meskipun beberapa codec mengklaim mampu menghasilkan suara berkualitas tinggi, hampir semua codec Bluetooth bersifat lossy. Artinya, sebagian data audio akan hilang secara permanen dalam proses kompresi, berbeda dengan format audio lossless seperti FLAC yang mempertahankan setiap detail data.

2. Membedah Bitrate, Latensi, dan Kompresi

Untuk benar-benar memahami peran Bluetooth codec, Anda perlu mengenal tiga istilah teknis yang sangat penting: bitrate, latensi, dan kompresi.

  • Bitrate: Ini adalah laju transfer data, diukur dalam kilobit per detik (kbps). Anggap saja ini sebagai lebar pipa yang mengalirkan air. Semakin tinggi bitrate (semakin besar pipanya), semakin banyak data audio yang dapat ditransfer per detik, yang pada umumnya menghasilkan kualitas suara yang lebih baik. Namun, bitrate yang tinggi juga membutuhkan bandwidth yang lebih besar, membuatnya rentan terhadap gangguan jika koneksi tidak stabil.
  • Latensi: Ini adalah jeda waktu antara saat sinyal audio dikirimkan dari sumber hingga saat Anda mendengarnya di perangkat audio. Latensi yang tinggi sangat mengganggu, terutama saat Anda menonton video atau bermain game, karena suara tidak akan sinkron dengan gambar. Beberapa codec dirancang khusus untuk meminimalkan latensi ini agar pengalaman audio-visual menjadi lebih mulus.
  • Kompresi: Ini adalah proses mengecilkan ukuran file audio. Kompresi yang efisien memungkinkan transmisi yang lebih cepat dan hemat daya, tetapi sering kali mengorbankan kualitas suara. Ada dua jenis kompresi: lossy (kehilangan data) dan lossless (tanpa kehilangan data). Dalam dunia Bluetooth, sebagian besar codec menggunakan kompresi lossy untuk mencapai efisiensi yang dibutuhkan.

Jenis-jenis Codec Bluetooth yang Populer

Saat ini, ada berbagai Bluetooth codec yang beredar di pasaran, masing-masing dengan keunggulan dan kekurangannya sendiri. Memahami perbedaan di antara mereka adalah kunci untuk memilih perangkat audio nirkabel yang paling sesuai dengan kebutuhan Anda. Penting untuk diingat bahwa agar codec tertentu dapat berfungsi, baik perangkat sumber (ponsel) maupun perangkat penerima (headphone) harus sama-sama mendukungnya. Jika tidak, koneksi akan secara otomatis kembali ke codec universal yang paling mendasar.

1. SBC dan AAC: Standar Umum yang Wajib Diketahui

Ini adalah dua Bluetooth codec yang paling sering Anda temui. Keduanya memiliki peran besar, baik sebagai codec universal maupun sebagai standar default untuk ekosistem tertentu.

  • SBC (Sub-band Codec): SBC adalah codec yang paling dasar dan merupakan penyebut umum di antara semua codec Bluetooth. Karena wajib digunakan di semua perangkat yang mendukung A2DP, SBC menjadi codec yang hampir universal dan dijamin akan berfungsi pada perangkat apa pun. Namun, kompresinya sangat agresif untuk memastikan kompatibilitas, sehingga seringkali menghasilkan kualitas audio yang tergolong biasa saja. Bitrate-nya berkisar antara 192 hingga 320 kbps, tetapi dengan risiko kehilangan data yang signifikan.
  • AAC (Advanced Audio Coding): AAC adalah standar kompresi audio digital yang populer di perangkat Apple dan juga standar bebas lisensi untuk YouTube. AAC adalah codec yang jauh lebih kompleks daripada SBC, yang menjadikannya lebih efisien dan mampu menghasilkan kualitas suara yang jauh lebih baik, meskipun dengan bitrate yang lebih rendah. Jika Anda adalah pengguna iPhone, AAC adalah codec yang paling efisien dan dioptimalkan untuk perangkat Anda. Namun, perlu dicatat bahwa kinerja AAC pada perangkat Android bisa sangat bervariasi, tergantung pada kemampuan penanganan daya dan implementasi pabrikan ponsel.

2. Keluarga aptX dari Qualcomm: Kualitas dan Latensi

Qualcomm, perusahaan di balik banyak chipset ponsel Android, telah mengembangkan serangkaian Bluetooth codec miliknya sendiri yang dikenal dengan nama aptX. Seri codec ini dirancang untuk memberikan pengalaman audio yang lebih baik dari standar AAC dan SBC.

  • aptX: Ini adalah versi dasar dari keluarga codec ini. aptX menawarkan kualitas suara yang jauh lebih baik daripada SBC karena mampu menyimpan lebih banyak data dalam transmisi, dengan bitrate hingga 352 kbps.
  • aptX HD: Sebagai evolusi dari aptX, versi HD ini dirancang untuk audio resolusi tinggi. Codec ini mendukung data audio hingga 24-bit/48kHz dengan bitrate hingga 576 kbps.
  • aptX Low Latency: Seperti namanya, codec ini berfokus pada meminimalkan latensi hingga kurang dari 40 milidetik. Hal ini menjadikannya pilihan ideal untuk para gamer dan penonton film yang membutuhkan sinkronisasi audio dan visual yang sempurna.
  • aptX Adaptive: Ini adalah codec pintar yang dapat menyesuaikan bitrate secara dinamis antara 279kbps hingga 420kbps, tergantung pada kondisi koneksi. Tujuannya adalah untuk menjaga stabilitas dan meminimalkan putusnya koneksi tanpa mengorbankan terlalu banyak kualitas. Codec ini juga mendukung latensi rendah dan audio resolusi tinggi.
  • aptX Lossless: Ini adalah codec terbaru dan paling canggih dari Qualcomm. Tujuannya adalah untuk mentransmisikan audio berkualitas CD (16-bit/44.1kHz) secara lossless melalui Bluetooth, sebuah pencapaian yang sebelumnya dianggap mustahil. Dengan bitrate yang dapat mencapai 1200 kbps, codec ini membuka era baru untuk audio nirkabel dengan fidelitas sangat tinggi.

3. LDAC dan Codec Eksklusif Produsen Lain

Selain codec dari Qualcomm, beberapa produsen besar juga telah mengembangkan codec eksklusif mereka sendiri untuk mengoptimalkan pengalaman pengguna di dalam ekosistem mereka.

  • Sony LDAC: Sony memiliki codec andalannya, LDAC, yang dirancang untuk mentransfer data audio resolusi tinggi hingga 24-bit/96kHz dengan bitrate hingga 990 kbps. Secara teori, codec ini dapat mentransfer data tiga kali lebih cepat dari SBC, meskipun efektivitasnya sangat bergantung pada optimalisasi perangkat sumber. Codec ini awalnya eksklusif untuk produk Sony, tetapi kini telah menjadi bagian dari Android Open Source Project (AOSP).
  • HWA Alliance LHDC dan LLAC: Dikembangkan oleh HWA Union dan Savitech, LHDC (Low-latency and High-definition audio codec) menawarkan kecepatan transmisi tiga kali lebih cepat dari SBC, dengan bitrate hingga 900 kbps. Sementara itu, LLAC (Low-latency audio codec) adalah versi yang dioptimalkan untuk latensi rendah, menjadikannya cocok untuk gaming. Keduanya didukung oleh Android 10 ke atas, tetapi optimalisasi terbaik biasanya ditemukan pada perangkat keras tertentu, seperti ponsel Huawei dan OnePlus.
  • Samsung Seamless Codec: Codec ini eksklusif untuk perangkat Samsung, terutama jajaran Galaxy Buds. Keunggulan utamanya adalah kemampuannya untuk menyesuaikan bitrate secara dinamis (dari 88kbps hingga 512kbps) berdasarkan kekuatan sinyal Bluetooth. Tujuannya adalah untuk memastikan koneksi yang sangat stabil dan meminimalkan gangguan, meskipun hal ini bisa mengorbankan kualitas suara saat sinyal melemah.

4. Mengenal LC3: Penerus Standar SBC

LC3 (Low Complexity Communications Codec) adalah Bluetooth codec baru yang merupakan bagian dari standar Bluetooth LE Audio. LC3 dirancang sebagai pengganti codec SBC yang sudah lama. Codec ini menjanjikan efisiensi transmisi yang jauh lebih baik dan kualitas suara yang lebih tinggi, bahkan pada bitrate yang lebih rendah.

Salah satu fitur paling menjanjikan dari LC3 adalah manajemen kehilangan paket yang lebih canggih. Ini berarti, alih-alih mengalami gangguan dan suara terputus-putus secara tiba-tiba saat Anda berada di batas jangkauan nirkabel, degradasi kualitasnya akan terdengar lebih halus. LC3 mendukung sample rate hingga 48kHz dan bitrate hingga 345kbps, menempatkannya setara dengan aptX dan AAC. Selain itu, Bluetooth LE Audio yang didukung LC3 juga memungkinkan fungsionalitas audio multi-aliran, yang membuka peluang baru untuk berbagai penggunaan, termasuk untuk alat bantu dengar dan berbagi audio secara simultan.

Memilih dan Mengatur Codec yang Tepat

Setelah memahami berbagai jenis Bluetooth codec yang ada, langkah selanjutnya adalah menerjemahkan pengetahuan ini ke dalam pilihan praktis. Memilih codec yang tepat tidak hanya soal kualitas tertinggi di atas kertas, tetapi juga tentang kompatibilitas dan skenario penggunaan Anda sehari-hari.

1. Memilih Codec Berdasarkan Perangkat Anda

Pilihan codec yang paling bijak sangat bergantung pada ekosistem perangkat yang Anda miliki. Jika Anda adalah pengguna iPhone, Anda dapat dengan yakin mengandalkan codec AAC. Implementasi AAC pada perangkat Apple sangat efisien dan telah dioptimalkan untuk menghasilkan kualitas suara terbaik dari earphone atau headphone Apple. Pindah ke codec lain tidak akan memberikan peningkatan yang signifikan, dan bahkan bisa menimbulkan masalah kompatibilitas.

Sebaliknya, jika Anda adalah pengguna Android, pilihan Anda jauh lebih luas. Ponsel Android terbaru mendukung berbagai codec seperti aptX, aptX HD, LDAC, atau LHDC. Di sini, Anda memiliki kebebasan untuk memilih headphone atau earphone yang mendukung codec favorit Anda. Misalnya, jika Anda ingin kualitas suara terbaik, LDAC bisa menjadi pilihan. Namun, jika Anda sering bermain game dan membutuhkan sinkronisasi audio-visual yang sempurna, aptX Low Latency atau LLAC akan lebih cocok.

2. Panduan Mengganti Pengaturan Codec di Android

Secara default, ponsel Android akan secara otomatis memilih codec terbaik yang didukung oleh perangkat audio Anda. Namun, jika Anda adalah seorang audiophile yang ingin bereksperimen atau menyelesaikan masalah koneksi, Anda dapat mengubah pengaturan ini secara manual. Cara ini biasanya dilakukan melalui Opsi Pengembang di Android.

Pertama, Anda harus mengaktifkan Opsi Pengembang dengan membuka menu “Tentang Ponsel” dan mengetuk “Nomor Versi” atau “Build Number” sebanyak tujuh kali. Setelah itu, kembali ke menu “Pengaturan”, Anda akan menemukan “Opsi Pengembang” di bagian bawah. Di sana, Anda dapat menemukan opsi “Bluetooth Audio Codec” dan memilih codec yang Anda inginkan dari daftar yang tersedia. Perlu diingat bahwa tidak semua codec akan tersedia. Pilihan yang muncul bergantung pada codec yang didukung oleh ponsel Anda dan juga headphone yang sedang terhubung. Jika Anda memaksakan codec yang tidak didukung, suara bisa jadi terputus-putus atau koneksi tidak stabil.

Pentingnya Codec Tergantung Kebutuhan Anda

Setelah mempelajari seluk-beluk Bluetooth codec, Anda mungkin merasa bingung dengan banyaknya pilihan dan jargon teknis yang ada. Namun, pada akhirnya, pentingnya codec sangat bergantung pada kebutuhan dan prioritas Anda. Bagi sebagian besar orang, codec standar seperti SBC dan AAC sudah lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan mendengarkan musik sehari-hari dengan kualitas yang memuaskan.

Jika Anda adalah seorang audiophile yang mendambakan setiap detail suara, memilih perangkat yang mendukung LDAC atau aptX HD akan memberikan perbedaan yang terasa. Demikian pula, jika Anda sering bermain game di ponsel, berinvestasi pada headphone dengan codec latensi rendah seperti aptX Low Latency atau LLAC akan sangat meningkatkan pengalaman Anda. Namun, jika prioritas Anda adalah koneksi yang stabil dan tidak terputus-putus, codec adaptif seperti aptX Adaptive atau Samsung Seamless mungkin menjadi pilihan yang lebih bijaksana.

Pada akhirnya, yang terpenting adalah keseimbangan. Kualitas suara yang dijanjikan oleh codec canggih tidak akan ada artinya jika perangkat sumber atau koneksi nirkabel Anda tidak optimal. Memahami apa itu Bluetooth codec dan jenis-jenisnya hanyalah langkah awal. Keputusan terbaik adalah yang paling sesuai dengan kebutuhan pribadi, perangkat yang dimiliki, dan tentu saja, anggaran Anda.